Pada hari Minggu, 3 Juli 2022 yang lalu, irama Gendhing Karawitan Jawa menyambut sekitar ±400 tamu yang nampak antusias menghadiri Upacara Api Homa Pemberkatan dan Penyeberangan dengan adinata Vajrasattva di Vihara Vajra Bumi Giri Putra. Lantunan mantra Padmakumara kembali menggema tepat pukul 13:00 di bumi Segaralangu-Cipari menandai dimulainya upacara api homa. Upacara yang dipimpin Acarya Shi Lianfei (Jakarta) ini terlaksana atas bangkitnya semangat pasca pandemi berkat jalinan jodoh Dharma umat Buddha Tantrayana dari 11 vihara Zhenfozong di Cilacap, Banjar Negara, dan Wonosobo: Vihara Vajra Bumi (VVB.) Giri Putra, VVB. Arya Kertawijaya, VVB. Buddha Sasana, VVB. Dharmapala, VVB. Rahula, VVB. Dharmaloka, VVB. Karuna Dharma, VVB. Pura Mandala, VVB. Mandala Putra, VVB. Prajna Dvipa, dan VVB. Mertha Bodhi.

Upacara Homa di VVB. Giri Putra tampak unik dan berbeda, tata ritual upacara homa menggunakan kolaborasi antara Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa dan Bahasa Sanskerta. Terutama pada saat pembacaan naskah doa yang biasanya dibacakan dalam bahasa Mandarin, kali ini dibacakan dalam bahasa Jawa Krama Inggil dengan sebutan “Serat Pandonga” oleh Pandita Dharmaduta Tasimun. Ditambah lagi barisan penyambut acarya kompak mengenakan busana adat khas Jawa Tengah (kebaya modern dan kain jarik, serta ikat kepala “udheng”) sembari memegang alat ritual upacara.

Demikian dengan sarana puja (sesaji) yang bernuansa lokal menambah keagungan upacara, tampak sarana puja berupa hasil bumi setempat seperti buah-buahan dan nasi tumpeng yang memiliki makna mendalam. “Nasi tumpeng berbentuk kerucut bermakna sebuah harapan agar kehidupan manusia semakin meningkat, secara duniawi kehidupan semakin sejahtera, dan secara spiritual semakin bijaksana. Dengan fondasi yang kuat, seorang manusia yang bijaksana mampu menjalani kehidupan dengan tidak goyah saat diterpa tantangan. Semakin tinggi posisi manusia, semakin berat pula tantangannya, tumpeng juga sebagai simbol kebersamaan, tutur Pandita Dharmaduta Tasimun saat diwawancarai tim Zhenfozong Kasogatan.


“Masyarakat Jawa sendiri dari zaman dahulu, sudah mengenal tradisi persembahan maupun sesaji, seperti Sedekah Bumi sebagai ungkapan syukur kepada Dewa Ksiti (Hyang mbaurekso Ing Bumi) dan Sedekah Laut yang umumnya dilakukan oleh para nelayan sebagai ungkapan syukur kepada Penguasa Laut. Dalam Tantrayana Zhenfozong terdapat ritual Api Homa, yaitu menyajikan sarana puja kepada para Buddha, Bodhisattva, Dharmapala dan Dewa melalui media api. Bagi umat Tantrayana Zhenfozong Kasogatan di Jawa ini merupakan ritual yang istimewa dan menambah kekayaan Budaya, karena selain Sedekah Bumi dan Sedekah Laut, api homa merupakan upaya sedekah kepada Hyang Mahasuci di Angkasa (Langit) yang disajikan melalui Dewa Agni ,” lanjut penuturan dari Pandita Dharmaduta Tasimun.
Di penghujung upacara, dalam dharmadesana Acarya Shi Lianfei menekankan bahwa ada 3 hal yang tidak boleh ditinggalkan oleh sadhaka yaitu mantra, mudra dan yantra. Acarya juga mengupas manfaat merapal mantra Sataksara yang merupakan mantra adinata homa kali ini. Mantra Sataksara tidak hanya dapat mengikis karma buruk, namun juga dapat membantu sadhaka memasuki kesunyataan. Pandita Dharmaduta Tasimun menuturkan bahwa 4 bulan menjelang upacara, para umat dari 11 vihara yang tergabung dalam upacara api homa merapal Mantra Sataksara masing-masing sebanyak 10.000 (sepuluh ribu) kali yang dimulai bulan Maret sampai Juni 2022. Rapal Mantra Sataksara sebagai upaya purifikasi atau pembersihan diri dari karma buruk yang telah dilakukan oleh sadhaka. Penyatuan dari kekuatan Gema Mantra Sataksara ini diyakini mampu menurunkan berkat Adhistana dari Vajrasatta dan Panca Tathagata untuk kesempurnaan upacara api homa.

Demikianlah upacara Api Homa berjalan lancar, persiapannya dilakukan 3 bulan sebelumnya dengan perencanaan matang sekitar 1 bulan menjelang upacara. Tamu yang hadir mendampingi Acarya Shi Lianfei selaku upacarika yaitu Biksu Lama Padma Karya (Banyumas), Biksu Lama Shi Lian Hong (Jakarta), Pdt. Tasimun (Cipari), Pdt. Bambang Hermanto (Karawaci), Pdt. Tri Dhani Subekti (Cilacap), Pdt. Sri Astuti (Cipari), Pdt. Ngafito (Cipari), Bapak Karbono, S.Ag., M.Pd.B (Pembimas Buddha Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah), Bapak Akhmad Husin S.Sos (Camat Kecamatan Cipari), Bapak Ismail (Kepala Desa Segaralangu), Jajaran pengurus Majelis Zhenfo ZOng Kasogatan: Ibu Winarni Harsono (Ketua Umum), Bapak Yusuf Sumartha (Sekretaris Jendral), Bapak Sugeng Pranowo (Ketua DPD. Kab. Cilacap), Ibu Sugiyati (Ketua DPD. Kab. Wonosobo), Ibu Partimah mewakili (Ketua DPD. Kab. Banjar Negara), serta para donatur upacara api homa dari Jakarta, Pekalongan, dan Bogor.
Pada pembukaan upacara, Pembimas Buddha Kanwil Kemenag Prov. Jateng, Ketua Umum dan Sekretaris Jendral Majelis Zhenfo Zong Kasogatan berkenan menyerahkan hadiah kepada para juara Swayemwara Widya Iswara Dharma (SWID) Nasional 2022 Majelis Zhenfo Zong Kasogatan yaitu kepada Kulyanti sebagai juara III Kategori Cerita Jataka, Alya Setyowati sebagai juara II Kategori Cerita Mahasavaka dan Kepada Vihara Vajra Bumi Giri Putra sebagai Juara Umum SWID Nasional 2022 yang diterima oleh Serli Permatasari.
Penulis : Stf