Agama Buddha termasuk agama tertua di dunia yang berpaham Nonteisme dan Filsafat. Agama ini pertama kali dikenalkan oleh Siddharta Gautama atau Buddha Sakyamuni yang berasal dari Nepal. Beliau mencapai pencerahan dan memperoleh inti sari ajaran (Dharma) dengan usahanya sendiri. Setelah 100 tahun Buddha Sakyamuni Parinirvana banyak terjadi perbedaan pendapat sehingga, agama Buddha terpecah menjadi tiga aliran besar yaitu Theravada, Mahayana, dan Vajrayana atau Tantrayana yang terus berkembang hingga saat ini.
Perpecahan agama Buddha bermula dari beberapa tahun setelah Buddha Parinirvana, dengan diadakan Konsili I bertujuan pengulangan Dharma dan Vinaya. Pada saat pengulangan Vinaya Bhikkhu Ananda mengatakan bahwa beberapa Vinaya kecil boleh dirubah. Maka, setelah Konsili I, terdapat sekelompok Bhikkhu ingin merubah Vinaya dengan menghilangkan 10 Vinaya kecil. Berlatar belakang hal itu diadakan Konsili II pada tahun 443 SM sekitar 100 tahun setelah Buddha Parinirvana. Konsili diadakan di Vesali, dipimpin oleh YA Revata, YA Yassa dan disponsori oleh Raja Kalasoka. Penyelenggaraan Konsili II bertujuan menyatukan Bhikkhu Mahasanghika yang menginginkan memperlunak Vinaya, tetapi tujuan itu gagal. Sehingga, pada akhir Konsili II terjadi perpecahan menjadi dua aliran yaitu Mahasanghika (Mahayana) dan Sthaviravada (Theravada).
Sedangkan, cikal bakal muncul Tantrayana bermula pada Konsili IV yang diselenggarakan di dua tempat berbeda disesuaikan dengan masing-masing tradisi. Konsili tradisi Sthaviravāda diselenggarakan di Sri Lanka, sementara tradisi Mahasanghika diselenggarakan India. Dua tradisi ini kemudian berkembang menjadi 18 aliran Buddhisme (Eighteen School of Early Buddhism) dan menyebar ke seluruh dunia. Saat ini dari 18 sekolah tersebut, hanya tiga yang tersisa, yaitu: Sthaviravada (Theravada), Dharmaguptaka (Mahayana), dan Mulasarvastivada (Vajrayana).
Pada abad ke-7 Tantrayana menyebar ke Tibet, Cina, Korea, Jepang, hingga Indonesia (Jawa dan Sumatra). Tantrayana memiliki akar pandangan yang sama dengan Mahayana, khususnya dalam hal Yogacara. Namun, Tantrayana berbeda dengan Mahayana dalam hal tujuan. Tantrayana merupakan kumpulan ajaran esoterik (rahasia/tersembunyi) karena dalam penyampaian ajarannya bersifat rahasia. Hal ini menggambarkan bahwa ketika seorang praktisi semakin merahasiakan latihannya, maka ia akan semakin mendapatkan kemajuan pencapaian dan berkah dari latihan yang ia lakukan. Semakin ia menceritakan tentang latihannya, maka semakin sedikit berkah yang akan ia peroleh. Tujuan utama Tantrayana adalah mengajarkan umatnya menjadi Buddha dalam satu kehidupan dengan cara menekuni pembacaan mantra, dharani, penggunaan mandala, visualisasi para dewa atau Bodhisattva serta pemanfaatan mudra.
Theravada dan Mahayana mengenal istilah tiga perlindungan, yaitu mengambil perlindungan pada Buddha, Dharma, dan Sangha sedangkan, ajaran Tantrayana, selain berlindung pada Buddha, Dharma, dan Sangha juga berlindung pada Guru, Yidam, dan Protektor/Pelindung Dharma. Tantrayana, megajarkan bahwa hubungan antara seorang Guru dan seorang murid sangat penting. Seorang murid tidak akan pernah memperoleh pencapaian tanpa bantuan seorang Guru yang berkualitas, karena Guru yang berkualitas merupakan perwujudan dari Buddha, Dharma, dan Sangha. Seorang Guru berkualitas adalah guru yang telah diakui oleh pimpinan keempat aliran: Nyingmapa, Sakyapa, Kagyudpa, Gelugpa. Tantrayana menganjurkan umatnya sering melaksanakan latihan setiap hari secara disiplin. Banyak guru mengatakan bahwa lebih baik berlatih 10 menit tiap hari, daripada berlatih 300 menit secara berturut-turut tanpa henti, lalu istirahat selama sebulan.