galeri kegiatan

Bekali Generasi Muda Peserta Jambore IMZI, Acarya Shi Lian Pu Uraikan Dasar-Dasar Tantrayana

Foto Bersama Jambore IMZI Jateng 2023 di Candi Gedong Songo

“Kegiatan ini sangat berkesan, saya melihat teman-teman sangat excited. Selain mendapatkan kenalan baru, saya juga mendapat pengalaman baru karena ini pertama kali saya ikut acara seperti ini. Materi yang disampaikan juga sangat menarik, saya mendapat wawasan sisi unik mempelajari Tantrayana yaitu untuk mendekatkan diri kita kepada Buddha dan para dewa.”

Begitulah pengakuan Jodi (22), salah satu peserta Jambore Ikatan Muda-Mudi Zhenfozong Indonesia (IMZI) asal Lombok Utara, usai mengikuti kegiatan hari pertama pada Minggu (24/12/2023), di Vila Vanaprasta, Candi Gedong Songo, Semarang.

Berbekal keinginan untuk menambah relasi dan memupuk pengalaman baru, mahasiswa semester VII di salah satu kampus di Tangerang ini merelakan kesenangan sesaatnya untuk hal yang ia nilai lebih bermanfaat. Alih-alih mengisi waktu libur dengan mencari hiburan semata, Jodi memilih untuk bergabung dalam kegiatan yang dapat memberikan pengetahuan baru dan pengalaman spiritual dengan belajar Dhamma dalam suasana penuh ceria.

Perjalanan dari Tangerang hingga lokasi kegiatan membutuhkan waktu kurang lebih 12 jam. Minggu, dini hari pukul 01.00 WIB ia berangkat dan tiba di lokasi kegiatan pada pukul 13.00 WIB. Antusiasme Jodi semakin bertambah ketika mulai membaur bersama 151 peserta dari berbagai daerah lainnya.

Jodi menerima kartu peserta Jambore IMZI dari Pembimas Buddha Jawa Tengah, Karbono
Jodi menerima kartu peserta Jambore IMZI dari Pembimas Buddha Jawa Tengah, Karbono

Di bawah sorotan sinar matahari yang menembus celah pepohonan pinus serta sejuknya udara pegunungan, para peserta merajut persahabatan. Saat malam tiba, kesunyian dan hawa dingin berteman temaran sinar bulan mengantarkan para peserta mengikuti sesi puja bakti dan uraian Dhamma dengan khidmat.

Acarya Shi Lian Pu Uraikan Dasar-Dasar Tantrayana
Acarya Shi Lian Pu Uraikan Dasar-Dasar Tantrayana

Acarya Shi Lian Pu: Dasar-dasar Tantrayana

Berkaitan dengan tema Jambore, “Satu Guru Satu Keluarga”, Acarya Shi Lian Pu menyampaikan uraian tentang dasar-dasar Tantrayana yang perlu dipahami oleh seseorang yang ingin berlajar Tantra. Menurut Acarya, khususnya Tantrayana Zhenfo Zong memiliki seorang Mula Guru yang bernama Lu Sheng Yen atau Maha Guru Lian Sheng yang mengajarkan tiga ajaran yaitu ajaran Tao, Mahayana, dan Tantrayana.

Acarya Shi Lian Pu membekali peserta dengan Dasar-dasar Tantrayana
Acarya Shi Lian Pu membekali peserta dengan Dasar-dasar Tantrayana

Menjelaskan pengertian Tantra, Acarya Shi menyampaikan hal pertama bahwa Tantra identik dengan dua mandala yaitu Vajradhatu dan Garbhadhatu di mana kedua mandala ini yidam utamanya adalah Maha Vairocana. Pengertian Tantra yang kedua adalah rahasia terdalam dari Dharmakaya Maha Vairocana. Ajaran yang tidak terbuka untuk para sadhaka yang belum menerima abhiseka adalah pengertian ketiga dari Tantra, hal ini yang melatarbelakangi munculnya abhiseka  Catur Sarana bagi seseorang sebelum mempelajari Tantra.

“Pengertian keempat, Tantra adalah rahasia dari suatu praktek dan teori yang dipadukan menjadi suatu ajaran yang disebut Tantra. Belajar Tantra berarti harus belajar secara teori dan praktek. Kelima, Tantra adalah rahasia yang tersembunyi dari suatu ajaran Buddha Dhamma. Keenam, Tantra juga menunjuk kepada pikiran para Buddha yang sangat tidak bisa kita prediksi. Ini yang sulit kita pahami, bahkan para Bodhisatva, para arahat, tidak bisa mengetahui pikiran Sang Buddha, apalagi umat awam,” jelas Acarya Shi Lian Pu.

Acarya melanjutkan pemaparan perkembangan Tantra di beberapa negara. Di Nusantara terutama di tanah Jawa, Tantra sudah ada sejak jaman pendirian Borobudur. Bahkan Guru Besar Tantra di Nusantara, Guru Dharmakirti, salah satu Guru Tantra yang tersohor, dalam buku karya Maha Guru dituliskan berasal dari Jawa. Khususnya Tantra Zhenfozong berpusat di Seattle, Amerika, yang menjadi asal Maha Guru Tantrayana Zhenfozong. Di negara lain, seperti Tibet, Tantra terbagi menjadi empat aliran yaitu aliran merah, putih, kuning dan aliran bunga. Perbedaan dari keempat aliran ini terlihat dari warna jubah yang dikenakan para bhikkhu Tantra Tibet. Sementara di Tiongkok, Tantra berkembang pada jaman Dinasti Tang di daerah Gunung Tai. Dari Tiongkok, ajaran Tantra menyebar ke Jepang melalui seorang Guru Kobo Daishi dan menjadi Tantra Jepang atau Tantra Timur.

Belajar Tantra, tidak hanya mempelajari tentang Dhamma yang mendalam. Ada keunikan tersendiri dalam ajaran Tantra, di mana Tantra adalah mendekatkan jarak antara manusia dengan para Buddha dan para dewa. “Dalam konsep Tantra dikatakan, anda adalah Buddha yang akan datang. Guru Agung kita tetap Sakyamuni Buddha, akan tetapi untuk bisa menemui Beliau sudah tidak mungkin karena sudah Parinibbana, yang tertinggal saat ini adalah Dharma-nya yang kemudian diajarkan oleh Maha Guru kita. Kitab Agama Buddha adalah Tripitaka, yang berisi Vinaya Pitaka, Sutta Pittaka, dan Abhidhamma Pitaka. Di dalam Tantrayana, ketiga bagian Tripitaka ini ada sebutan nama sendiri,” lanjut Acarya Shi Lian Pu.

Acarya Shi Lian Pu menyampaikan ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam belajar Tantra. Pertama, pemahaman bahwa dalam Tantra juga mempelajari Mahayana dan juga harus menjaga Vinaya. Kedua, menjalankan Bodhisattvacarya yaitu menolong insan, membabarkan Dhamma, dan melakukan tugas penyelamatan. Selanjutnya adalah belajar bermeditasi atau samadhi, yang disebut juga Samadhivajra dalam tradisi Tantrayana, yaitu pencapaian suatu tingkat samadhi dimana batin menjadi tidak tergoyahkan.

Di sisi lain, Acarya Shi Lian Pu juga menyoroti banyaknya pendapat yang mengatakan bahwa Tantra mencampuradukkan ajaran Hindu dengan ajaran Buddha. “Hal ini karena masyarakat melihat dalam tradisi Tantra ada sembahyang kepada para dewa, sebagai contoh pemasanngan arca Ganesha di salah satu Dusun Buddhis yaitu Lamuk, Kaloran, Temanggung. Ganesha lebih dikenal di Agama Hindu, tetapi di dalam Tantra juga ada. Karena ketidaktahuan mengenai hal ini, banyak orang beranggapan bahwa Tantra adalah sinkretisme Hindu-Buddha,” papar Acarya.

Di dalam Tantra, ajarannya harus diajarkan oleh seorang guru kepada muridnya, inilah yang menjadikan Tantra juga dikenal dengan ajaran rahasia atau eksoterik. Adanya ajaran rahasia di dalam Tantra, karena ini adalah metode untuk menghilangkan rintangan meningkatkan prajna, dan mengubah dari yang fana menjadi suci. Ini adalah wujud kekuatan Sadhana Tantra.

Acarya Shi Lian Pu juga menambahkan jawaban lain untuk menanggapi pandangan tentang Tantra adalah sinkretisme antara Hindu dan Buddha. Acarya menyampaikan kisah awal mula Sang Buddha membabarkan ajaran Tantra.

“Sang Buddha sendiri yang mengajarkan Tantra, dengan mengubah wujudnya dan masuk ke dalam istana Vajra Dharmadhatu dan membabarkan Sutra Vairocana. Mengenai istana Vajra Dharmadhatu terdapat dalam salah satu sutra Tantra yaitu Sutra Satya Buddha di bagian mengundang dua Buddha dan delapan Bodhisatva. Di istana Vajra Dharmadhatu ada Maha Vairocana, tetapi juga ada wujud lain dari Vairocana yang dipuja di dalam Agama Hindu yaitu Maheswara,” terang Acarya Shi Lian Pu.

Acarya Shi Lian Pu mengakhiri pemaparan materinya dengan pesan untuk memahami silsilah Tantrayana. Sesi uraian Dhamma menjadi lebih seru dengan banyaknya peserta yang aktif mengajukan pertanyaan pada sesi tanya jawab. Pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan peserta menjadikan sesi ini lebih hidup.

Menutup sesi malam, Eko Madhawanto, salah satu panitia mengajak para peserta untuk merefleksikan diri dalam sesi renungan malam. Kata-kata indah yang memotivasi serta menyentuh hati, dengan lembut diperdengarkan Eko, mengantar para peserta menyelami makna kehidupan. Dalam diam, para peserta menitikkan butiran air, menandai munculnya semangat baru dalam diri peserta untuk lebih berani menatap masa depan penuh harapan.

Wahyu Kertanegara, sebelah kanan
Wahyu Kertanegara, sebelah kanan

Kesan membahagiakan yang tercipta selama berlangsungya acara tidak hanya dirasakan oleh Jodi. Hal serupa juga diungkapkan oleh Wahyu Kertanegara (13), peserta yang masih duduk di bangku SMP dari Seputih Rahman-Lampung. Lebih jauh dari Jodi, Wahyu bahkan harus menempuh 24 jam perjalanan menuju lokasi kegiatan.

“Saya senang sekali bisa ikut acara ini, ditambah tempatnya juga nyaman, asri, dan rapi. Dari Lampung saya berangkat Hari Sabtu pukul 13.30 WIB, sampai sini sekitaran jam 13.30 WIB, Hari Minggu. Dan setelah saya mengikuti materi di hari pertama ini saya jadi tahu dasar-dasar Tantrayana,” kata Wahyu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *